Mengapa Manusia Diciptakan?

Sebagai peringatan awal, tulisan saya ini bukan bermaksud menjawab pertanyaan di atas. Malah, tulisan ini saya bikin emang karena saya beneran nanya... 

Mengapa manusia (harus) ada? 
Untuk apa manusia diciptakan?

Adam and Eve
Tidak ada pertanyaan yang lebih mendalam daripada pertanyaan tentang hakikat eksistensi manusia serta untuk apa kita diciptakan. Saya tidak tahu dengan kamu, tapi saya rasa hampir semua manusia yang berpikir pasti pernah mempertanyakan kenapa kita harus ada dan kenapa kita diciptakan (diciptakan, atau tercipta?). Tentu, pertanyaan ini biasanya tenggelam ketika kita disibukkan dengan persoalan praktis duniawi, namun pertanyaan mendasar ini adalah pertanyaan paling konstan yang ditanyakan manusia dari masa ke masa. Mungkin, mempertanyakan eksistensi adalah pertanyaan yang membuat manusia lebih unggul daripada makhluk hidup lainnya. 

Mempertanyakan ini kadang bikin saya merinding sendiri, sama ketika saya berpikir tentang keabadian, bagaimana mungkin Tuhan tidak diciptakan, serta pertanyaan betapa mahaluasnya alam semesta. Pertanyaan mengapa kita diciptakan adalah salah satu pertanyaan agung. Saya rasa pertanyaan ini adalah pertanyaan yang membuat agama bisa langgeng selama beratus-ratus tahun, karena agama memberikan jawabannya. Di tulisan ini saya akan membatasi pada ajaran agama Islam, karena agama ini yang saya ketahui dan telah pelajari. Jadi perenungan ini saya cocok-cocokkan dengan ajaran Islam yang saya tahu. Menurut Islam, mengapa manusia diciptakan ada dua jawaban: sebagai khalifah di muka bumi, dan untuk menyembah Tuhan.

Sebagai Khalifah Di Muka Bumi

Mengapa manusia diciptakan? QS Al Baqarah : 30 menceritakan tentang dialog malaikat dan Tuhan (Allah) ketika malaikat mempertanyakan kenapa manusia (Adam) diciptakan. 


 وَ إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَن يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَ نَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَ نُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّيْ أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ

"Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,"

Berdasarkan ayat di atas, jawabannya adalah manusia hadir di bumi sebagai khalifah (pemimpin). Walaupun malaikat bingung kenapa harus manusia yang sakkarep-dhewek yang diberi mandat Tuhan untuk menjadi khalifah. 

Apakah jawaban ini memuaskan? Menurut saya tidak. Jawaban ini mengena jika pertanyaannya adalah apa fungsi manusia di bumi? Maka jawaban sebagai khalifah adalah jawaban yang bijak dan tepat. Manusia harus memaknai peran mereka sendiri sebagai pihak yang diberi tanggung jawab besar atas kelangsungan hidup alam di bumi. 

Namun pertanyaan ini sendiri bagi saya pribadi tidak bisa menjawab pertanyaan eksistensi manusia itu sendiri. Apalagi untuk mempertanyakan: kenapa manusia harus ada, kenapa alam semesta harus ada? Bukankah 'Tiada' lebih baik daripada 'Ada' lantas dijebloskan ke hidup yang susah penuh ujian - ga lulus ujian pula - dan masuk ke neraka? 

Lho, bagaimana mungkin kamu tidak bersyukur diberikan kenikmatan hidup karena kamu 'Ada'? - ini biasanya jawaban ulama atau orang agamis yang optimis. 

Hmmm... jika kita 'Tiada', maka kita tidak akan pernah tahu kenikmatan atau sengsara. Kita yaaaa.... tidak ada. Tidak punya pikiran, tidak punya perasaan. Argumen di atas adalah argumen yang tidak relevan sih kalo menurut saya. Cuma argumen orang optimis yang nggak mempan buat saya yang kerap pesimis dan suudzon. Haha.

Oke. next!

Untuk Menyembah Tuhan

QS Adz-Dzariyat 56 menyebutkan mengapa manusia diciptakan:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ 

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku"

Ayat tersebut sedikit-banyak menjawab pertanyaan waktu saya masih remaja dahulu kala. Dulu. Oh, jadi kita lahir hanya untuk menyembah Tuhan (Allah) yang telah menciptakan kita. Ayat ini merangkum makna ketundukan kita secara utuh kepada Tuhan Allah, baik sukarela maupun terpaksa. Di sisi baik, ayat itu menjelaskan bahwa manusia hidup bukan untuk berfoya-foya berbuat jahat, namun hanya untuk menyembah Tuhan. Penyembahan ini tentu melalui cara yang (harapannya) sih baik - tidak hanya ibadah ke Tuhan namun ibadah ke sesama dengan ridho-Nya. Sebenarnya, ayat ini menjadi semacam human-control yang baik sih....

Lantas, tumbuh besar jawaban ini tidak mewadahi "kelancangan" saya. Katanya Tuhan tidak butuh disembah, namun kenapa ia menciptakan manusia untuk menyembah-Nya? Ini kontradiksi yang..... aneh. Membaca ayat ini sekarang seperti membuat Tuhan menjadi tiran yang kejam. Ia tidak butuh disembah, namun ia menciptakan manusia lantas memperbudaknya untuk hanya beribadah kepada-Nya. Jika tidak? Neraka menunggu! Dan lebih buruknya lagi, Tuhan memberikan hawa nafsu yang tidak dipunyai malaikat - nafsu yang membuat manusia bisa "memilih" berbuat bajik atau berbuat jahat, yang bisa "memilih" untuk menyembah-Nya atau "mokong" terhadap-Nya?  (Oh, apakah saya terdengar durhaka? atau hanya sayakah yang berusaha untuk jujur di sini?). Manusia diciptakan tidak lain untuk menyembah-Nya ini mungkin juga hanya masuk akal dan bisa dipahami oleh beberapa orang di antara kita. Namun saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika kita ditakdirkan lahir di kehidupan keras nan sengsara (misal lahir di daerah konflik). Entah apakah jawaban itu bisa menimbulkan keikhlasan atau justru perasaan "mempertanyakan" takdir / "kesewenang-wenangan" Tuhan. 

Ada pemikiran pula yang saya dapat saat nonton Prometheus-nya Ridley Scott. Penciptaan manusia oleh Tuhan mungkin memang tidak harus bertujuan. Tidak harus ada alasannya. Tuhan menciptakan kita mungkin karena memang Dia sanggup. Sama seperti kita menciptakan robot yang hebat mungkin karena memang kita sanggup. Jawaban yang tidak menyenangkan dan mengecewakan mungkin, dan sedikit menyebalkan. Jika memang Tuhan menciptakan manusia karena Dia sekedar sanggup, maka terserah Dia ciptaannya ini harus bagaimana dan takdirnya seperti apa. Ini hak Tuhan. Tuhan kelihatan seenaknya sendiri? Ya begitulah. 

Seorang kawan saya pernah berujar bahwa hidup ini memang ujian. Tuhan bekerja secara transenden, segala kontradiksi dan paradoks Tuhan baik versus Tuhan kejam adalah bagian dari sifat-Nya. Menurutnya (yang saya tangkap), mempertanyakan takdir dan maksud Tuhan adalah sesuatu yang memang manusiawi, namun tidak membawa kita kemana-mana karena intinya manusia ini udah "kadung" lahir. Hidup adalah ujian, tinggal gimana kita bisa lolos ujiannya atau enggak. Yang jelas kita udah "terlanjur" lahir, nggak usah ribet nanya-nanya ke Tuhan. Ya jalanin aja dengan tanggung jawab. Ini, bagi saya, merupakan jawaban praktis.  


....
Jadi, apakah jawabannya?
Entahlah, mungkin ini bagian dari misteri hidup dan Tuhan itu sendiri. Mungkin hidup memang didesain untuk ada misterinya, biar makin asyik, biar manusia kalo ngelamun ada yang dipikirin selain ngelamun yang enggak-enggak :p.

Apakah mempertanyakan ini ada manfaatnya? Boleh jadi tidak, namun manusia tidak bisa tidak untuk tidak mempertanyakan itu. It's a big twist and the director want to keep it secret until...... i don't know. 

Di akhir tulisan ini saya teringat dengan kalimat yang pernah saya dengar, namun saya lupa sumbernya dari mana.

Apakah Tuhan kesepian hingga menciptakan manusia?
Atau apakah manusia yang kesepian hingga ia menciptakan Tuhan?

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mas Arya! Salam kenal yaa..

      ah yaa, tulisan di atas hanya sekedar argumen dangkal yang kebetulan terpikirkan.

      oke, yang saya tangkap dari tulisan mas Arya di atas adalah seharusnya kita fokus kepada "adanya penciptaan"? Kenapa semesta -ruang waktu- diciptakan? betul begitu?

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer